Selasa, 14 April 2020

Mengenang 1997: Tahun Termanis Di Hidupku (Bagian 17)

Di awal September, kampus mengadakan acara jalan-jalan lagi. Kali ini tujuannya ke penjara Fremantle. Tidak seperti tour sebelumnya, kali ini para mahasiswa diminta pergi ke Fremantle sendiri (pakai transportasi umum) dimana kita akan ngumpul di tempat dekat pasar Fremantle. Dari sana kita akan berjalan ke penjara Fremantle.
Setelah sarapan, saya pamit sama Siraj dan naik bis ke kota sebelum turun diatas jembatan Horseshoe Bridge dan turun ke peron stasiun dimana saya lanjut naik kereta api tujuan Fremantle. Bagian awal perjalanan biasa-biasa saja. Keretanya agak sepi karena dia berjalan di arah yang berlawanan dengan pergerakan komuter di pagi hari.
Di tengah perjalanan, entah di stasiun Daglish atau Shenton Park, tiba-tiba saya melihat Heinz naik kereta. Saya memanggil dia, dan dia membalas dengan lambaian sebelum duduk di sebelah saya. Kami asyik ngobrol sepanjang perjalanan menuju Fremantle. Saya tidak ingat apa saja topik pembicaraan kita. Yang saya ingat adalah bagaimana saya mengagumi matanya Heinz yang biru.
Setelah beberapa menit perjalanan kami akhirnya sampai di Fremantle. Peron stasiunnya penuh sesak dengan para pekerja dan pelajar yang akan berangkat ke kota. Mereka semua sudah berpakaian rapi dan siap untuk beraktivitas di hari itu. Begitu semua penumpang dari Perth turun, mereka langsung menyerbu masuk ke dalam kereta api.


Pelataran stasiun Fremantle, lengkap dengan sebuah KRL yang terparkir di peron. Difoto dari jembatan penyeberangan di dekat stasiun.

Saya dan Heinz berjalan ke tempat pertemuan di Fremantle (kalau nggak salah di depannya pasar Fremantle). Disana Ursula dan seorang guru bernama Greg*, dan beberapa anak Jepang yang sudah datang duluan menunggu kita.
Selagi menunggu anak lainnya datang, kami berusaha untuk lebih mengakrabkan diri. Heinz orangnya enak diajak ngobrol dan bisa mudah beradaptasi dengan pelajar lain dari negara-negara Asia. Selera humor Swissnya cukup menghibur anak-anak yang lain. Saya ingat bagaimana dia membuat banyolan nama depannya yang mirip merek sebuah saus tomat terkenal.
Setelah anak-anak lainnya datang, kamipun langsung berjalan menuju penjara Fremantle.
Penjara ini terletak di salah satu suduh kota Fremantle. Dahulu penjara ini merupakan penjara terbesar dan terpenting di Australia Barat. Tapi di tahun 1991 penjara ini ditutup, semua tahanannya dipindah ke penjara-penjara lain, dan tempatnya diubah menjadi museum. Ada banyak sejarah tentang penjara ini yang akan kami pelajari hari ini.
Setelah beberapa menit berjalan, kamipun sampai di pintu masuk penjaranya. Pintu depannya yang menyerupai benteng memberikan kesan yang mengintimidasi siapapun yang melihat.


Pintu masuk penjara Fremantle. Group kami kelihatan di sebelah kanan. Tampak Woo Jae Kim menggunakan jaket hitam di sebelah kiri group, sementara Reiko Matsui berdiri di sebelah kanan agak terpisah dari group.

Walaupun begitu, hari itu banyak turis yang bergerombol mengantri untuk masuk. Setelah membayar karcis, kamipun masuk ke dalam kompleks penjara. Sewaktu masuk, saya cukup terkejut dengan luasnya halaman depannya serta betapa baiknya perawatan area penjara ini.


Pekarangan depan penjara Fremantle lengkap dengan gedung penjaranya. Bangunan yang menonjol ke depan adalah kapel penjara.

Rasanya seperti masuk penjara betulan, walaupun tidak ada narapidananya.
Pemandu kami adalah seorang laki-laki yang berumur akhir 30an. Kalau tidak salah dia dulu pernah jadi sipir penjara ini di tahun 1980an hingga tahun 1991. Dia sempat jadi sipir di penjara lain sebelum pensiun dini dan bekerja di penjara ini sebagai guide.


Sudut lain pekarangan depan penjara Fremantle. Foto ini diambil saat kunjungan kedua saya kesini sekitar bulan November. Perhatikan anggota group yang berbeda, serta pakaian yang lebih kasual.

(Catatan: foto diatas dan sisa-sisa foto lainnya diambil pada kunjungan kedua saya disini, oleh karena itu partisipan dan guidenya beda).
Pertama kami masuk ke tempat penerimaan dimana dulu narapidana baru datang untuk memulai masa tahanan mereka. Guide kami menunjuk ke sebuah marka berbentuk kotak di lantai, dimana dulu napi baru akan disuruh berdiri di situ, lalu melucuti semua bajunya dan akan diperiksa sipir untuk mencari tahu apakah ada yang mencurigakan atau dia menyembunyikan sesuatu di lubang tubuhnya. Kalau sudah beres, si napi akan diberi seragam dan dibawa ke sel dia.


Area penerimaan narapidana baru. Disini napi akan diperiksa total sebelum dimasukkan ke selnya.

Dari area penerimaan, kami menuju ke bangunan utama penjara. Ini pertama kalinya saya masuk gedung penjara. Bangunan utama penjara berisi hall yang cukup luas di tengah, dengan sel-sel penjara di sampingnya. Setiap lantai dipasangi jaring. Kata pemandu jaring itu untuk mencegah narapidana bunuh diri dengan loncat kebawah.


Hall di bangunan utama penjara, lengkap dengan jaring untuk mencegah aksi bunuh diri.

Dia juga menunjukkan beberapa sel penjara yang unik. Salah satunya dilapisi panel-panel kayu. Katanya sel ini dulu untuk penjahat kelas kakap bernama “Moondyne Joe”. Dia adalah “bushranger” yang terkenal ahli meloloskan diri.


Bekas sel penjaranya Moondyne Joe.

“Bushranger” adalah jenis penjahat yang sering berkeliaran dari satu tempat ke tempat lain di pedesaan Australia. Mereka umumnya adalah napi yang kabur. Biasanya mereka akan membegal orang lewat, merampok bank atau toko, atau mencuri hewan ternak. Seringkali mereka beroperasi sendirian, tapi kadang ada yang berkelompok. Jenis penjahat seperti ini dulu sangat ditakuti, sampai-sampai ada yang jadi legenda. Mereka berjaya di era demam emas di pertengahan abad ke-19 dan mulai hilang di tahun 1920an.
Kemudian ada lagi satu sel yang temboknya dilukis dengan sangat indah sekali. Guide kita berkata kalau lukisan ini ditemukan secara tidak sengaja. Jadi waktu penjara ini mau direnovasi, mereka menemukan lukisan bagus yang terutup oleh lapisan cat yang mengelupas.


Sel penjara yang lebih modern. Sel ini unik karena ada lukisan indah yang dibuat oleh salah seorang penghuninya di masa lalu.

Sel-sel penjara disini tidak punya toilet. Berarti kalau tahanan mau kencing atau berak, mereka melakukannya ke sebuah ember besi yang diberi tutup. Setiap pagi ember ini akan diambil oleh beberapa tahanan yang ditugaskan untuk mengumpulkan ember-ember ini. Pekerjaan ini tidak menyenangkan dan benar-benar menjijikkan. Dan bakal jadi celaka kalau ada ember yang tidak sengaja tumpah “isinya”.
Setiap hari para narapidana diberi waktu untuk mandi sehari sekali. Tempat mandinya terbuka dan tidak ada privasi, agar sipir penjara mudah memonitor aktivitas mereka.


Bekas tempat mandi para tahanan penjara.

Dari kompleks sel penjara, kami menuju ke blok penjara khusus. Tidak seperti sel biasa, yang ini pintunya 2 lapis. Pemandu kita berkata kalau ini adalah sel penjara isolasi.


Salah satu sel isolasi di penjara Fremantle. Perhatikan pintunya yang terdiri dari 2 lapis.

Sel ini digunakan untuk narapidana yang membuat masalah di penjara dan harus diisolasi dari napi yang lainnya. Pada waktu tertentu setiap harinya, mereka akan diminta untuk melakukan absensi dengan meneriakkan nomor sel mereka. Tapi ada beberapa angka yang dihindari. Angka-angka itu adalah 6 dan 9, karena bentuknya yang mirip ikatan di tiang gantungan hukuman mati.
Saya ingat, guide kami sempat mengerjai beberapa pelajar yang masuk ke sel isolasi dengan tiba-tiba menutup pintu dan berteriak “Kamu mau apa? Roti atau air?” Anak-anak yang terjebak di dalam teriak-teriak ketakutan sambil menggedor pintu, sebelum pintunya dibuka dan pelajar yang apes keluar dengan muka pucat pasi. Mereka yang tidak kena dikerjai ketawa-tawa ke yang mereka yang jadi korban.
Di depan daerah sel isolasi, pemandu kami menunjukkan sebuah tempat di sudut tembok dengan retakan di aspal yang berbentuk segi empat. Dulu disini adalah tempat pelaksanaan hukuman cambuk buat naripadana. Alat cambuknya bernama “cat-o-nine tails” dan terkenal mengerikan karena bisa menyebabkan luka lebam yang cukup parah setelah beberapa kali cambukan. Bahkan konon kulit tereksekusi bisa habis! Hukuman model ini dihapuskan saat Perang Dunia Kedua.


Bekas area tempat pelaksanaan eksekusi hukuman cambuk. Di tahun 1997 rangka kayu di foto ini tidak ada.

Kami kemudian mengunjungi bagian paling menakutkan di penjara ini: tempat hukuman mati. Di satu pojok sel isolasi, ada satu sel yang dikhususkan untuk tahanan yang akan dihukum mati. Tidak seperti sel isolasi lainnya, atau bahkan sel biasa, tempat ini kelihatan lebih manusiawi. Pemandu berkata bahwa sehari atau seminggu sebelum eksekusi (saya tidak ingat yang mana), tahanan akan dipindah ke sel ini. Disini terpidana mati akan diberi beberapa kebebasan dan keistimewaan seperti boleh memilih makanan apapun yang dia suka, minuman keras, rokok, dan aksen sebebas-bebasnya untuk anggota keluarga yang berkunjung.
Ketika waktu eksekusi tiba, si tahanan akan dibawa ke ruang eksekusi yang terletak beberapa meter dari sini, ditemani oleh pemuka agama, di gedung utama. Di ruang ini ada tiang gantungan. Leher si terpidana mati akan diikat dengan tali. Bagi para terpidana mati yang terlalu sakit atau gugup untuk berdiri akan diberikan kursi untuk duduk.


Bekas ruang eksekusi hukuman gantung di penjara Fremantle. Tuas untuk membuka lantai ada di sebelah pagar. Perhatikan kursi di pojok kanan belakang.

Begitu perintah hukuman mati diberikan, si algojo akan mendorong tuas dan lantai dibawahnya terbuka, sehingga si napi akan tergantung hingga mati kehabisan napas. Begitu tubuhnya tidak menunjukkan tanda kehidupan, jenazah si napi akan diturunkan ke peti mati di lantai bawah. Seorang dokter akan memeriksa badannya, untuk memastikan bahwa terpidana benar-benar mati sebelum petinya ditutup. Jenazahnya kemudian akan dikubur di area pemakaman di belakang penjara.
Guide kami berkata bahwa banyak tahanan yang sudah dihukum mati disini, termasuk beberapa wanita. Terakhir kali ada eksekusi mati di tahun 1964 silam. Itu adalah eksekusi mati nomor dua terakhir di Australia (yang terakhir terjadi di Melbourne tahun 1967).
Hukuman mati sekarang sudah ditiadakan di Australia. Langkah penghapusan ini dimulai ketika negara bagian Queensland menghilangkan hukuman mati di tahun 1920an, disusul beberapa negara bagian lainnya beberapa tahun kemudian. Australia Barat adalah negara bagian terakhir yang menghapuskan hukuman mati, disahkan di tahun 1984 atau 20 tahun setelah terakhir mereka melaksanakan hukuman mati. Jeda 20 tahun itu adalah waktu yang menegangkan buat mereka yang terancam hukuman mati.
Uniknya, beberapa bulan sebelum penghapusan hukuman mati, ada seorang narapidana perempuan bernama Brenda Hodge yang sebenarnya akan dieksekusi. Dia sudah ditaruh di sel isolasi hukuman mati ketika tiba-tiba pengumuman penghapusan hukuman mati keluar. Akibatnya, dia ditransfer balik ke sel biasa karena hukumannya diubah jadi penjara seumur hidup. Dia tidak pernah menjalani hukuman secara penuh. Setelah pindah ke beberapa penjara, dia kemudian diampuni dan dibebaskan di tahun 1990an. Dia kemudian menulis buku tentang kisahnya selamat dari hukuman mati.


Buku novel "Walk On" yang ditulis oleh Brenda Hodge yang merupakan orang terakhir di Australia yang dihukum mati, tapi tidak pernah dieksekusi karena hukumannya keburu dihapus.

Setelah melihat area hukuman mati, kami menuju ke lantai bawah untuk melihat area penjara yang kelihatan agak mewah. Tidak seperti sel biasa, ruangan sel disini persis losmen dimana dindingnya dicat putih dan tempat tidurnya pakai spring bed besar. Tempat ini adalah "Bilik bercinta" yang dulunya dipakai buat tahanan untuk melampiaskan hawa nafsu sex nya, kalau diijinkan oleh pihak penjara. Buat yang sudah menikah, mereka bisa berhubungan sex dengan istri mereka. Buat yang belum menikah, biasanya akan didatangkan pelacur dari rumah bordil di sekitaran Fremantle (biasanya pelacur yang cakep dan sexy serta berambut pirang).


Area penjara di dekat Bilik Bercinta. Lukisan di tembok ditambahkan setelah penjara ini diubah menjadi tempat wisata.

Dari sini, kita menuju ke kapel yang terletak di tengah gedung penjara. Kapel ini mungkin bagian dari penjara ini yang paling mewah dan megah. Tidak seperti daerah sel yang kelihatan suram, kapelnya kelihatan rapi dan cerah. Temboknya berwarna terang dan berkarpet merah. Ada beberapa bangku disini. Di tempat ini dulu selalu diadakan misa dengan para tahanan. Seperti penjaranya ini sendiri, kapel ini tidak pernah dipakai untuk peribadatan semenjak penjaranya ditutup. 


Interior kapel utama penjara Fremantle. Dulu tempat ini digunakan untuk kebaktian Kristen Anglikan bagi para narapidana dan sipir.

Kalau nggak salah kapel di penjara ini ada dua. Satu untuk Anglikan dan satu untuk Katolik.


Interior kapel penjara Fremantle untuk mereka yang beragama Kristen Katolik.

Setelah melihat-lihat kapel, kami menuju ke area rekreasi dan makan. Disini dulu para napi makan. Di sebelahnya ada area rekreasi dimana narapidana main-main atau nonton TV.


Ruang terbuka di dekat bekas area rekreasi dan bengkel keterampilan. 

Dibawah TV, ada alat pemutar video VHS model lama. Pemandu kita bilang kalau jaman dulu remote TV selalu dikuasai oleh napi yang paling kuat dan ditakuti. Tidak pernah ada yang berani memprotes pilihan channelnya dia.
Selain menonton TV, tahanan juga bisa main sepak bola dan basket di lapangan di dekat situ.


Pemandu memberikan penjelasan di area lapangan basket yang dulu dipakai untuk rekreasi para tahanan. Perhatikan lukisan unik di tembok.

Ada juga bengkel dimana narapidana diajari keahlian khusus agar saat masa tahanan mereka berakhir, mereka bisa kembali ke masyarakat tanpa banyak masalah.
Di dekat situ juga ada taman yang cukup cantik lengkap dengan pohon pisangnya. Ini pertama kalinya saya lihat pohon pisang di Perth, dan cukup heran lihat tanaman tropis ini bisa bertahan di hawa Perth yang keras.


Taman di area belakang penjara Fremantle. Perhatikan pohon pisang di dekat tembok.

Di belakang sini adalah bagian penjara perempuan. Kami tidak mampir ke situ karena suatu hal tempat itu ditutup untuk publik.


Kafe dan toko souvenir di tembok di sebelah penjara wanita Fremantle.

Guide kami menjelaskan kalau fasilitasnya sama saja dengan penjara lelaki, hanya kompleksnya lebih kecil. Tentunya narapidana lelaki dan perempuan harus dipisah. Satu-satunya momen dimana napi perempuan dibawa ke penjara lelaki adalah kalau mereka akan dieksekusi mati……
Kunjungan kami ke bagian ini mengakhiri tour kami di penjara Fremantle, dan kami kemudian kembali lagi ke kota. Kunjungan ini adalah pengalaman yang menarik karena kita bisa melihat bagaimana penjara yang menakutkan bisa diubah menjadi tujuan wisata yang populer.


Kounter informasi di salah satu pojok bekas penjara.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar