Di awal September, kampus mengadakan acara jalan-jalan lagi.
Kali ini tujuannya ke penjara Fremantle. Tidak seperti tour sebelumnya, kali
ini para mahasiswa diminta pergi ke Fremantle sendiri (pakai transportasi umum)
dimana kita akan ngumpul di tempat dekat pasar Fremantle. Dari sana kita akan
berjalan ke penjara Fremantle.
Setelah sarapan, saya pamit sama Siraj dan naik bis ke kota
sebelum turun diatas jembatan Horseshoe Bridge dan turun ke peron stasiun
dimana saya lanjut naik kereta api tujuan Fremantle. Bagian awal perjalanan
biasa-biasa saja. Keretanya agak sepi karena dia berjalan di arah yang
berlawanan dengan pergerakan komuter di pagi hari.
Di tengah perjalanan, entah di stasiun Daglish atau Shenton
Park, tiba-tiba saya melihat Heinz naik kereta. Saya memanggil dia, dan dia
membalas dengan lambaian sebelum duduk di sebelah saya. Kami asyik ngobrol
sepanjang perjalanan menuju Fremantle. Saya tidak ingat apa saja topik
pembicaraan kita. Yang saya ingat adalah bagaimana saya mengagumi matanya Heinz
yang biru.
Setelah beberapa menit perjalanan kami akhirnya sampai di
Fremantle. Peron stasiunnya penuh sesak dengan para pekerja dan pelajar yang
akan berangkat ke kota. Mereka semua sudah berpakaian rapi dan siap untuk
beraktivitas di hari itu. Begitu semua penumpang dari Perth turun, mereka
langsung menyerbu masuk ke dalam kereta api.
Pelataran stasiun Fremantle, lengkap dengan sebuah KRL yang terparkir di peron. Difoto dari jembatan penyeberangan di dekat stasiun.
Saya dan Heinz berjalan ke tempat pertemuan di Fremantle
(kalau nggak salah di depannya pasar Fremantle). Disana Ursula dan seorang guru
bernama Greg*, dan beberapa anak Jepang yang sudah datang duluan menunggu kita.
Selagi menunggu anak lainnya datang, kami berusaha untuk
lebih mengakrabkan diri. Heinz orangnya enak diajak ngobrol dan bisa mudah
beradaptasi dengan pelajar lain dari negara-negara Asia. Selera humor Swissnya
cukup menghibur anak-anak yang lain. Saya ingat bagaimana dia membuat banyolan
nama depannya yang mirip merek sebuah saus tomat terkenal.
Setelah anak-anak lainnya datang, kamipun langsung berjalan
menuju penjara Fremantle.
Penjara ini terletak di salah satu suduh kota Fremantle.
Dahulu penjara ini merupakan penjara terbesar dan terpenting di Australia
Barat. Tapi di tahun 1991 penjara ini ditutup, semua tahanannya dipindah ke
penjara-penjara lain, dan tempatnya diubah menjadi museum. Ada banyak sejarah
tentang penjara ini yang akan kami pelajari hari ini.
Setelah beberapa menit berjalan, kamipun sampai di pintu masuk
penjaranya. Pintu depannya yang menyerupai benteng memberikan kesan yang
mengintimidasi siapapun yang melihat.
Pintu masuk penjara Fremantle. Group kami kelihatan di sebelah kanan. Tampak Woo Jae Kim menggunakan jaket hitam di sebelah kiri group, sementara Reiko Matsui berdiri di sebelah kanan agak terpisah dari group.
Walaupun begitu, hari itu banyak turis yang bergerombol
mengantri untuk masuk. Setelah membayar karcis, kamipun masuk ke dalam kompleks
penjara. Sewaktu masuk, saya cukup terkejut dengan luasnya halaman depannya
serta betapa baiknya perawatan area penjara ini.
Pekarangan depan penjara Fremantle lengkap dengan gedung penjaranya. Bangunan yang menonjol ke depan adalah kapel penjara.
Rasanya seperti masuk penjara betulan, walaupun tidak ada
narapidananya.
Pemandu kami adalah seorang laki-laki yang berumur akhir
30an. Kalau tidak salah dia dulu pernah jadi sipir penjara ini di tahun 1980an
hingga tahun 1991. Dia sempat jadi sipir di penjara lain sebelum pensiun dini
dan bekerja di penjara ini sebagai guide.
Sudut lain pekarangan depan penjara Fremantle. Foto ini diambil saat kunjungan kedua saya kesini sekitar bulan November. Perhatikan anggota group yang berbeda, serta pakaian yang lebih kasual.
(Catatan: foto diatas dan sisa-sisa foto lainnya diambil pada
kunjungan kedua saya disini, oleh karena itu partisipan dan guidenya beda).
Pertama kami masuk ke tempat penerimaan dimana dulu
narapidana baru datang untuk memulai masa tahanan mereka. Guide kami menunjuk
ke sebuah marka berbentuk kotak di lantai, dimana dulu napi baru akan disuruh
berdiri di situ, lalu melucuti semua bajunya dan akan diperiksa sipir untuk
mencari tahu apakah ada yang mencurigakan atau dia menyembunyikan sesuatu di
lubang tubuhnya. Kalau sudah beres, si napi akan diberi seragam dan dibawa ke
sel dia.
Area penerimaan narapidana baru. Disini napi akan diperiksa total sebelum dimasukkan ke selnya.
Dari area penerimaan, kami menuju ke bangunan utama penjara.
Ini pertama kalinya saya masuk gedung penjara. Bangunan utama penjara berisi
hall yang cukup luas di tengah, dengan sel-sel penjara di sampingnya. Setiap
lantai dipasangi jaring. Kata pemandu jaring itu untuk mencegah narapidana
bunuh diri dengan loncat kebawah.
Hall di bangunan utama penjara, lengkap dengan jaring untuk mencegah aksi bunuh diri.
Dia juga menunjukkan beberapa sel penjara yang unik. Salah
satunya dilapisi panel-panel kayu. Katanya sel ini dulu untuk penjahat kelas
kakap bernama “Moondyne Joe”. Dia adalah “bushranger” yang terkenal ahli
meloloskan diri.
Bekas sel penjaranya Moondyne Joe.
“Bushranger” adalah jenis penjahat yang sering berkeliaran
dari satu tempat ke tempat lain di pedesaan Australia. Mereka umumnya adalah napi yang kabur. Biasanya mereka akan
membegal orang lewat, merampok bank atau toko, atau mencuri hewan ternak.
Seringkali mereka beroperasi sendirian, tapi kadang ada yang berkelompok. Jenis
penjahat seperti ini dulu sangat ditakuti, sampai-sampai ada yang jadi legenda. Mereka berjaya di era demam emas di pertengahan abad ke-19 dan mulai hilang di tahun 1920an.
Kemudian ada lagi satu sel yang temboknya dilukis dengan
sangat indah sekali. Guide kita berkata kalau lukisan ini ditemukan secara
tidak sengaja. Jadi waktu penjara ini mau direnovasi, mereka menemukan lukisan
bagus yang terutup oleh lapisan cat yang mengelupas.
Sel penjara yang lebih modern. Sel ini unik karena ada lukisan indah yang dibuat oleh salah seorang penghuninya di masa lalu.
Sel-sel penjara disini tidak punya toilet. Berarti kalau
tahanan mau kencing atau berak, mereka melakukannya ke sebuah ember besi yang
diberi tutup. Setiap pagi ember ini akan diambil oleh beberapa tahanan yang
ditugaskan untuk mengumpulkan ember-ember ini. Pekerjaan ini tidak menyenangkan
dan benar-benar menjijikkan. Dan bakal jadi celaka kalau ada ember yang tidak
sengaja tumpah “isinya”.
Setiap hari para narapidana diberi waktu untuk mandi sehari
sekali. Tempat mandinya terbuka dan tidak ada privasi, agar sipir penjara mudah
memonitor aktivitas mereka.
Bekas tempat mandi para tahanan penjara.
Dari kompleks sel penjara, kami menuju ke blok penjara
khusus. Tidak seperti sel biasa, yang ini pintunya 2 lapis. Pemandu kita
berkata kalau ini adalah sel penjara isolasi.
Salah satu sel isolasi di penjara Fremantle. Perhatikan pintunya yang terdiri dari 2 lapis.
Sel ini digunakan untuk narapidana yang membuat masalah di
penjara dan harus diisolasi dari napi yang lainnya. Pada waktu tertentu setiap
harinya, mereka akan diminta untuk melakukan absensi dengan meneriakkan nomor
sel mereka. Tapi ada beberapa angka yang dihindari. Angka-angka itu adalah 6
dan 9, karena bentuknya yang mirip ikatan di tiang gantungan hukuman mati.
Saya ingat, guide kami sempat mengerjai beberapa pelajar
yang masuk ke sel isolasi dengan tiba-tiba menutup pintu dan berteriak “Kamu
mau apa? Roti atau air?” Anak-anak yang terjebak di dalam teriak-teriak
ketakutan sambil menggedor pintu, sebelum pintunya dibuka dan pelajar yang apes
keluar dengan muka pucat pasi. Mereka yang tidak kena dikerjai ketawa-tawa ke yang
mereka yang jadi korban.
Di depan daerah sel isolasi, pemandu kami menunjukkan sebuah
tempat di sudut tembok dengan retakan di aspal yang berbentuk segi empat. Dulu disini
adalah tempat pelaksanaan hukuman cambuk buat naripadana. Alat cambuknya
bernama “cat-o-nine tails” dan terkenal mengerikan karena bisa menyebabkan luka
lebam yang cukup parah setelah beberapa kali cambukan. Bahkan konon kulit tereksekusi bisa habis! Hukuman model ini dihapuskan
saat Perang Dunia Kedua.
Bekas area tempat pelaksanaan eksekusi hukuman cambuk. Di tahun 1997 rangka kayu di foto ini tidak ada.
Kami kemudian mengunjungi bagian paling menakutkan di
penjara ini: tempat hukuman mati. Di satu pojok sel isolasi, ada satu sel yang
dikhususkan untuk tahanan yang akan dihukum mati. Tidak seperti sel isolasi
lainnya, atau bahkan sel biasa, tempat ini kelihatan lebih manusiawi. Pemandu
berkata bahwa sehari atau seminggu sebelum eksekusi (saya tidak ingat yang
mana), tahanan akan dipindah ke sel ini. Disini terpidana mati akan diberi
beberapa kebebasan dan keistimewaan seperti boleh memilih makanan apapun yang
dia suka, minuman keras, rokok, dan aksen sebebas-bebasnya untuk anggota
keluarga yang berkunjung.
Ketika waktu eksekusi tiba, si tahanan akan dibawa ke ruang
eksekusi yang terletak beberapa meter dari sini, ditemani oleh pemuka agama, di
gedung utama. Di ruang ini ada tiang gantungan. Leher si terpidana mati akan
diikat dengan tali. Bagi para terpidana mati yang terlalu sakit atau gugup
untuk berdiri akan diberikan kursi untuk duduk.
Bekas ruang eksekusi hukuman gantung di penjara Fremantle. Tuas untuk membuka lantai ada di sebelah pagar. Perhatikan kursi di pojok kanan belakang.
Begitu perintah hukuman mati diberikan, si algojo akan
mendorong tuas dan lantai dibawahnya terbuka, sehingga si napi akan tergantung
hingga mati kehabisan napas. Begitu tubuhnya tidak menunjukkan tanda kehidupan, jenazah si napi akan diturunkan ke peti mati di lantai bawah. Seorang dokter akan
memeriksa badannya, untuk memastikan bahwa terpidana benar-benar mati sebelum
petinya ditutup. Jenazahnya kemudian akan dikubur di area pemakaman di
belakang penjara.
Guide kami berkata bahwa banyak tahanan yang sudah dihukum
mati disini, termasuk beberapa wanita. Terakhir kali ada eksekusi mati di tahun
1964 silam. Itu adalah eksekusi mati nomor dua terakhir di Australia (yang
terakhir terjadi di Melbourne tahun 1967).
Hukuman mati sekarang sudah ditiadakan di Australia. Langkah
penghapusan ini dimulai ketika negara bagian Queensland menghilangkan hukuman
mati di tahun 1920an, disusul beberapa negara bagian lainnya beberapa tahun
kemudian. Australia Barat adalah negara bagian terakhir yang menghapuskan
hukuman mati, disahkan di tahun 1984 atau 20 tahun setelah terakhir mereka
melaksanakan hukuman mati. Jeda 20 tahun itu adalah waktu yang menegangkan buat
mereka yang terancam hukuman mati.
Uniknya, beberapa bulan sebelum penghapusan hukuman mati,
ada seorang narapidana perempuan bernama Brenda Hodge yang sebenarnya akan
dieksekusi. Dia sudah ditaruh di sel isolasi hukuman mati ketika tiba-tiba pengumuman penghapusan hukuman mati keluar. Akibatnya, dia ditransfer balik ke sel
biasa karena hukumannya diubah jadi penjara seumur hidup. Dia tidak pernah
menjalani hukuman secara penuh. Setelah pindah ke beberapa penjara, dia
kemudian diampuni dan dibebaskan di tahun 1990an. Dia kemudian menulis buku
tentang kisahnya selamat dari hukuman mati.
Buku novel "Walk On" yang ditulis oleh Brenda Hodge yang merupakan orang terakhir di Australia yang dihukum mati, tapi tidak pernah dieksekusi karena hukumannya keburu dihapus.
Setelah melihat area hukuman mati, kami menuju ke lantai
bawah untuk melihat area penjara yang kelihatan agak mewah. Tidak seperti sel
biasa, ruangan sel disini persis losmen dimana dindingnya dicat putih dan
tempat tidurnya pakai spring bed besar. Tempat ini adalah "Bilik bercinta" yang dulunya dipakai buat tahanan
untuk melampiaskan hawa nafsu sex nya, kalau diijinkan oleh pihak penjara. Buat
yang sudah menikah, mereka bisa berhubungan sex dengan istri mereka. Buat yang
belum menikah, biasanya akan didatangkan pelacur dari rumah bordil di sekitaran
Fremantle (biasanya pelacur yang cakep dan sexy serta berambut pirang).
Area penjara di dekat Bilik Bercinta. Lukisan di tembok ditambahkan setelah penjara ini diubah menjadi tempat wisata.
Dari sini, kita menuju ke kapel yang terletak di tengah
gedung penjara. Kapel ini mungkin bagian dari penjara ini yang paling mewah dan
megah. Tidak seperti daerah sel yang kelihatan suram, kapelnya kelihatan rapi
dan cerah. Temboknya berwarna terang dan berkarpet merah. Ada beberapa bangku
disini. Di tempat ini dulu selalu diadakan misa dengan para tahanan. Seperti
penjaranya ini sendiri, kapel ini tidak pernah dipakai untuk peribadatan
semenjak penjaranya ditutup.
Interior kapel utama penjara Fremantle. Dulu tempat ini digunakan untuk kebaktian Kristen Anglikan bagi para narapidana dan sipir.
Kalau nggak salah kapel di penjara ini ada dua.
Satu untuk Anglikan dan satu untuk Katolik.
Interior kapel penjara Fremantle untuk mereka yang beragama Kristen Katolik.
Setelah melihat-lihat kapel, kami menuju ke area rekreasi
dan makan. Disini dulu para napi makan. Di sebelahnya ada area rekreasi dimana
narapidana main-main atau nonton TV.
Ruang terbuka di dekat bekas area rekreasi dan bengkel keterampilan.
Dibawah TV, ada alat pemutar video VHS model lama. Pemandu
kita bilang kalau jaman dulu remote TV selalu dikuasai oleh napi yang paling
kuat dan ditakuti. Tidak pernah ada yang berani memprotes pilihan channelnya
dia.
Selain menonton TV, tahanan juga bisa main sepak bola dan basket di
lapangan di dekat situ.
Pemandu memberikan penjelasan di area lapangan basket yang dulu dipakai untuk rekreasi para tahanan. Perhatikan lukisan unik di tembok.
Ada juga bengkel dimana narapidana diajari keahlian khusus
agar saat masa tahanan mereka berakhir, mereka bisa kembali ke masyarakat tanpa
banyak masalah.
Di dekat situ juga ada taman yang cukup cantik lengkap
dengan pohon pisangnya. Ini pertama kalinya saya lihat pohon pisang di Perth,
dan cukup heran lihat tanaman tropis ini bisa bertahan di hawa Perth yang
keras.
Taman di area belakang penjara Fremantle. Perhatikan pohon pisang di dekat tembok.
Di belakang sini adalah bagian penjara perempuan. Kami tidak
mampir ke situ karena suatu hal tempat itu ditutup untuk publik.
Kafe dan toko souvenir di tembok di sebelah penjara wanita Fremantle.
Guide kami menjelaskan kalau fasilitasnya sama saja dengan
penjara lelaki, hanya kompleksnya lebih kecil. Tentunya narapidana lelaki dan
perempuan harus dipisah. Satu-satunya momen dimana napi perempuan dibawa ke
penjara lelaki adalah kalau mereka akan dieksekusi mati……
Kunjungan kami ke bagian ini mengakhiri tour kami di penjara
Fremantle, dan kami kemudian kembali lagi ke kota.
Kunjungan ini adalah pengalaman yang menarik karena kita bisa melihat bagaimana
penjara yang menakutkan bisa diubah menjadi tujuan wisata yang populer.
Kounter informasi di salah satu pojok bekas penjara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar