Seiring dengan makin percaya dirinya saya untuk menggunakan
transportasi publik selain bis, saya juga mulai menjelajah tempat-tempat yang
agak jauh dari kota dan terjangkau dengan kereta api. Perjalanan menjelejahi
tempat-tempat baru ini memperluas pandangan saya tentang kota Perth.
Saya tidak ingat kemana saya pertama kali naik kereta api
setelah perjalanan ke rumahnya Ursula, tapi yang saya ingat setelah beberapa
kali menggunakan kereta, saya sadar kalau cara terbaik untuk menjelajahi
seluruh jaringan kereta api adalah menggunakan tiket “All Day” (versi
Multirider nya juga tersedia). Harga karcis All Day adalah $2.50 dan bisa
dipakai sepanjang hari sampai tengah malam. Sekali divalidasi, saya bisa pergi
kemana saja dan kapan saya sebelum tengah malam, pakai segala jenis
kendaraannya Transperth
Satu hal yang membuat saya heran tentang layanan kereta api
di Perth adalah sepertinya semua kereta api yang ada di stasiun adalah KRL.
Ciri khas suasana peron stasiun Perth, seperti yang saya lihat di tahun 1997 silam.
Ini kontras dengan stasiun kereta api di Indonesia dimana
kita masih bisa melihat banyak rangkaian kereta api yang ditarik lokomotif, di
Perth saya kok tidak melihat itu. Kalaupun ada yang beda adalah kereta KRD yang
berangkat setiap harinya dari peron yang terisolir di sebelah tenggara stasiun
(belakangan saya tahu kalau itu KA “Australind” yang melayani rute
Perth-Bunbury PP). Tapi ya tetap saja nggak ada kereta api yang ditarik
lokomotif kelihatan disini.
Jawabannya datang kemudian sewaktu saya membaca beberapa
buku tentang sejarah perkereta apian Australia Barat di toko buku. Rupanya layanan
kereta api reguler yang ditarik lokomotif di stasiun Perth sudah lama hilang.
Terakhir kalinya ada layanan seperti itu adalah di akhir 1980an, persis sebelum
elektrifikasi jalur kereta api perkotaan di Perth.
Kereta api Australind model lama berangkat dari Perth tujuan Bunbury.
Bahkan sekarang kereta api barang dilarang lewat tengah kota
Perth. Terakhir kali ada kereta api antar kota ditarik lokomotif adalah di
tahun 1987 sewaktu KA Australind diganti dari rangkaian gerbong ditarik
lokomotif menjadi KRD.
Rangkaian KRD Australind yang model jaman sekarang.
Kalaupun ada kereta penumpang yang beroperasi secara reguler
ke kota Perth, itu adalah KA Indian Pacific yang menghubungkan Perth dengan
Sydney dalam 3 hari perjalanan. KA itu sendiri datangnya di stasiun East Perth
yang berjarak 1 kilometer dari pusat kota. Kadang-kadang ada kereta api tua
buat wisata yang mampir ke stasiun Perth. Kereta api ini dioperasikan oleh
Hotham Valley Railway.
Rangkaian kereta api wisata kuno yang dioperasikan oleh Hotham Valley Tourist Railway.
Satu hal yang menjebak buat yang pertama kali menggunakan KA
komuter Transperth adalah pintunya hanya baru terbuka kalau tombol di
sebelahnya ditekan. Sewaktu pertama kali naik kereta, pintunya membuka sendiri
seperti yang saya lihat di MRT Singapore. Saya pikir di Perth sama saja, sampai
suatu hari saya hampir ketinggalan kereta gara-gara pintunya tidak terbuka saat
saya mau naik kereta! Saya sempat panik, sampai seseorang membantu membukakan
pintu buat saya dan mengajari saya bagaimana menggunakan tombol membuka pintu
kereta.
Pintu kereta komuter Transperth. Tombol membuka pintu adalah tombol memanjang di kedua sisi pintu. Kalau ditekan, atau dibuka masinis (biasanya di stasiun besar), tombolnya akan menyala.
Katanya fitur ini untuk keamanan. Ini juga berlaku kalau
kita mau turun dari kereta. Seberapa efektif fungsi ini untuk meningkatkan
keamanan dan keselamatan masih jadi pertanyaan buat saya hingga sekarang. Untuk
orang yang baru pertama kali ke Perth, fitur ini bisa jadi jebakan.
Di tahun 1997 ada 4 jalur kereta api komuter Transperth:
Fremantle, Midland, Armadale, dan Joondalup. Jalur Fremantle terhubung dengan
Midland, dan begitu juga jalur Armadale terhubung dengan Joondalup. Jadi kalau
kita naik kereta dari Fremantle mau ke Midland, kita nggak usah turun dari
kereta, begitu juga mereka yang dari Joondalup mau ke Armadale. Saya akan
menjelaskan lebih jauh tentang masing-masing layanan dibawah, tidak secara
mendetail tapi berdasarkan pengamatan saya.
Peta jaringan KA komuter Transperth di tahun 1997. Peta ini saya ambil dari buku panduan wisata kota Perth edisi Agustus 1997.
Jalur Armadale adalah yang terpanjang. Jalur ini
menghubungkan Perth dengan kota kecil bernama Armadale yang terletak 30
kilometer di sebelah tenggara pusat kota Perth. Tentunya jalur ini punya
stasiun perhentian paling banyak. Tapi disini juga ada beberapa petak antar
stasiun terpanjang di jaringan Transperth, dan ini memberikan sensasi seperti
perjalanan antar kota.
Apalagi jalur ini melewati daerah-daerah yang masih
bernuansa pedesaan. Jalur ini juga
melintas diatas beberapa jalur kereta api barang yang melingkari kota Perth. Saat
mendekati Armadale, pemandangannya sangat bernuansa pedesaan. Tapi begitu menjelang
masuk stasiun, mulai kelihatan urban lagi.
Stasiun Armadale sebenarnya bukanlah stasiun terminus.
Walaupun layanan KA perkotaan habis disini, jalur kereta apinya masih terus
hingga ke selatan sampai Bunbury. Bahkan KA Australind sendiri (satu-satunya KA
antar kota yang berangkat dari stasiun Perth) berhenti disini.
Beberapa stasiun KA di jalur ini juga merangkap sebagai terminal
bis kota. Jadi buat penumpang KA yang mau nyambung naik bis (atau sebaliknya) sangat mudah sekali pindah kendaraan karena peron kereta apinya persis di
sebelah halte bis.
KRL Komuter Transperth tujuan Armadale.
Jalur berikutnya adalah jalur yang persis di terusannya
jalur Armadale: jalur Joondalup. Jalur ini masih lumayan baru, dibangun di awal
tahun 1990an untuk melayani daerah-daerah perumahan baru di utara Perth. Satu
fitur unik dari jalur ini, yang belum pernah saya lihat sebelumnya, adalah
fakta kalau dia memanfaatkan ruang di tengah jalan bebas hambatan! Jalurnya
terletak di jalur hijau di tengah Mitchell Freeway. Pemandangan di jalur ini
sebenarnya cukup membosankan karena kita tidak bisa melihat apa-apa di seberang
jalan bebas hambatan karena tertutup pematang. Terus mayoritas stasiun di jalur
ini adalah stasiun “interchange” yaitu juga merangkap sebagai terminal bis
kota.
Jalur KA tujuan Joondalup yang menggunakan ruang di tengah jalan bebas hambatan.
Walaupun dinamakan jalur “Joondalup” kenyataannya jalur ini
habisnya bukan di situ, melainkan di daerah Currambine. Stasiun Currambine ini
terletak di tengah daerah perumahan yang sangat modern, yang kelihatan kontras
banget dengan yang di daerah North Perth. Selama masa tinggal saya di Perth
tahun 1997, saya cuman sekali saja naik KA di jalur ini. Itupun cuma karena
iseng.
Stasiun Currambine yang asli seperti yang terlihat di tahun 1997. Stasiun ini dibongkar tahun 2004 silam, dan digantikan stasiun baru yang terletak beberapa meter di sebelah kiri gambar.
Jalur berikutnya adalah jalur Midland (bukan jalur dengan
nama serupa di Inggris). Jalur ini menjangkau daerah di sebelah timur Perth
hingga ke kota kecil bernama Midland. Jalur ini mungkin adalah jalur kereta
komuter terpendek di Perth. Dua stasiun di jalur ini, Mount Lawley dan East
Perth, terletak cukup dekat dengan kampus saya.
KRL Transperth persiapan masuk stasiun (halte) Mount Lawley.
Waktu pertama lewat sini, saya awalnya tidak melihat yang
aneh dengan jalur ini. Rasanya ya seperti jalur kereta api komuter lainnya.
Tapi waktu lihat relnya, saya kaget, ada 3 batang rel!
Jalur KA "dual gauge" di jalur ke Midland. Perhatikan batangan relnya yang ada 3.
Rupanya jalur disini itu “dual gauge” atau punya 2 ukuran
lebar rel. Tadinya saya heran kok dibuat begini? Rupanya alasannya adalah
karena jalur kereta api lintas benua punya ukuran rel lebih lebar dari yang
dipakai untuk kereta dalam kota di Perth atau negara bagian Australia Barat
pada umumnya. Jalur rel lebar ini dipakai untuk KA lintas benua Indian Pacific
dan KA tujuan Kalgoorlie bernama Prospector.
KRD Prospector berhenti di stasiun Midland. Peron ini baru dibangun tahun 2000. Dulu peron jalur lebar terletak di kejauhan.
Yang istimewa tentunya KA Indian Pacific yang diiklankan
sebagai “Satu-satunya kereta api di dunia yang melayani rute dari Timur ke
Barat benua”. KA ini berjalan lewat jalur ini, dan di Perth dia berhenti di stasiun East
Perth yang memang peronnya cukup panjang. Sayangnya selama saya tinggal di
Perth tahun 1997 saya tidak pernah lihat KA ini.
Kereta api Indian Pacific berangkat dari East Perth dan akan melintas di stasiun (halte) Mount Lawley. Tampak KRL berjalan di rel sebelahnya.
Stasiun Midland sendiri terletak di daerah urban yang
bernuansa klasik. Di seberangnya ada pelataran jalur kereta api dengan dua
ukuran rel. Di seberangnya ada kompleks bengkel kereta api. KA perkotaan dari
Perth berakhir di sini. Sementara KA yang jalur rel lebar berjalan terus hingga
jauh ke barat. Saya kalau kesini sering mikir: kapan saya bisa naik kereta api
ke barat sana?
Kereta api Indian Pacific bertolak ke arah timur. sisa peron dan bangunan stasiun Midland lama bisa dilihat di latar depan, sementara perbukitan Darling Range tampak di kejauhan.
Jalur kereta api terakhir, yang juga merupakan favorit saya,
adalah jalur Fremantle. Jalur ini menghubungkan kota Perth dengan pelabuhan
Fremantle. Beda dengan jalur lainnya yang menghubungkan pusat kota Perth dengan
daerah perumahan atau kota satelit yang kecil, Fremantle sendiri merupakan kota
besar yang ramai dengan turis. Jalur ini juga melewati beberapa tempat terkenal
seperti stadion Subiaco Oval, pantai Cottesloe, arena pameran Claremont
Showground, dan tentunya Fremantle itu sendiri. Jalur ini ramai sekali
kalau akhir minggu dan/atau ada pertandingan sepak bola (Aussie Rules, bukan model Inggris yang popular di
Indonesia dan mancanegara) serta kalau ada kapal induk Amerika merapat di
pelabuhan Fremantle.
Bagian muka stasiun Fremantle, lengkap dengan terminal bis kota di depannya.
Kota Fremantle sendiri adalah tempat yang menyenangkan untuk
dikunjungi. Tempatnya sangat hidup dan merah terutama di akhir minggu, dan saya
suka sekali kesini kalau liburan. Walaupun saya sudah kesini waktu di hari-hari
pertama setelah datang, berkunjung kesini sendirian memberikan saya kebebasan
untuk mengeksplorasi Fremantle.
Saya suka mampir ke pasar Fremantle untuk membeli cemilan
atau permen yang biasanya tidak ada di supermarket biasa. Atau main-main di
lapangan Esplanade yang dilingkari jalur kereta api.
Satu makanan khas yang sering saya beli di Fremantle (atau “Freo”
kalau disebut orang local) adalah Fish and Chips. Makanan ini adalah ikan yang
digoreng (biasanya sejenis kakap) dengan tepung dan disajikan dengan kentang
goreng dan saus.
Seporsi Fish & Chips.
Makanan ini aslinya berasal dari Inggris, tapi sangat populer di Australia. Walaupun banyak restoran yang menjual makanan
ini, ada satu restoran di Fremantle yang terkenal dengan Fish and Chips nya:
Cicerello’s. Waktu itu tempatnya hanya restoran kecil sederhana yang mirip
restoran makanan cepat saji, dan makanannya disajikan di dalam bungkusan
kertas.
Restoran Cicerello's di tahun 1984. Di tahun 1997 bangunannya masih seperti ini hanya temboknya didominasi warna biru.
Ada banyak menu yang disajikan disini selain Fish and Chips,
dan semuanya adalah menu seafood yang digoreng dengan tepung). Saya ingat waktu
pertama kesini, saya pesan “seafood platter” yang mirip Fish and Chips tapi ada
tambahan cumi-cumi dan udangnya. Hal yang membuat saya kaget waktu menerima
makanan saya adalah ukurannya yang gede banget! Mungkin cukup buat 2 orang di
Indonesia.
Contoh seporsi "Seafood Platter".
Makanan ini biasanya dimakan dengan saus tomat atau sambal
sachetan. Selain itu dia juga dimakan pakai saus mayonnaise, atau saus
turunannya yang baru pertama kali itu saya lihat: saus tartar. Saus tartar ini
adalah saus mayonnaise yang ditambahi potongan acar timun muda.
Semua saus ditaruh di dalam kemasan sachet plastic yang
desainnya aneh. Dia terdiri dari dua wadah kecil yang disambung oleh satu
tutup. Untuk mengeluarkan sausnya, kita harus menggencet kedua wadah satu sama
lain hingga sausnya keluar dari lubang di tengah. Praktis sekali, dan nggak
usah memotong atau menggigit wadah!
Contoh wadah saus di Australia seperti yang saya jelaskan diatas.
Restoran Cicerello’s
adalah restoran Fish & Chips facorit saya di Perth waktu itu.
Mereka menjual makanan dalam porsi besar dengan harga yang terjangkau.
Lokasinya yang mudah dijangkau, dikombinasikan dengan pemandangan tepi laut
membuat restoran ini populer sekali.
Beberapa waktu kemudian, restoran yang lama dibongkar dan
Cicerello’s kemudian naik pangkat jadi restoran kelas atas yang masih menyajikan
menu yang sama ditambah dengan menu-menu baru yang lebih eksklusif dengan
penyajian yang mewah. Sampai sekarang restorannya masih tetap populer, walaupun
menyasar pangsa pasar kelas atas.
Restoran Cicerello's di jaman sekarang.
Satu lagi jenis tempat yang suka saya kunjungi kalau
jalan-jalan di akhir minggu adalah toko buku. Saya mengagumi banyaknya variasi
buku yang mereka jual, yang kontras dengan toko-toko buku di Indonesia. Waktu
itu saya adalah penggemar penerbangan yang haus akan segalam macam informasi
penerbangan. Di jaman dimana Google belum ada dan Yahoo masih tidak
secanggih sekarang, cara terbaik untuk mencari informasi adalah melalui media
cetak.
Ada dua toko buku besar di kota Perth yang sering saya
kunjungi: Dymocks dan Angus and Robertson. Keduanya berlokasi di area pejalan
kaki Hay Street.
Toko buku Dymocks di Hay Street.
Saya sangat terpesona dengan banyaknya koleksi buku mereka.
Mereka punya apapun yang saya cari, dan bahkan lebih!
Interior toko buku Dymocs di Hay Street.
Selain itu karyawan toko bukunya ramah-ramah dan sangat
membantu. Kalau kita bingung, mereka akan langsung mengambil inisiatif untuk
menanyai kita dan mengarahkan kita ke buku yang kita cari.
Karyawan toko buku Dymocks diantara rak-rak bukunya.
Di toko-toko buku ini biasanya mereka memainkan lagu-lagu
klasik atau smooth jazz yang dimainkan dengan nada rendah agar membuat
pengunjung betah mampir dan membaca buku. Ini kontras dengan toko-toko buku di
Indonesia, dimana selain koleksinya tidak lengkap dan penjaganya pasif, music yang
dimainkan seringkali berisik dan tidak enak seperti lagu-lagu rock atau bahkan
dangdut!
Saya juga cukup puas karena kepenasaran saya waktu itu
tentang kapal induk Inggris di era sebelum 1980an akhirnya terjawab juga karena
saya akhirnya ketemu buku yang lumayan lengkap mengulas tentang kapal induk
mereka dari masa ke masa (hingga tahun 1997).
Rupanya kapal induk mereka dulu mirip kapalnya Amerika,
hanya lebih kecil.
Kapal induk HMS Ark Royal berlayar di tahun 1970an. Tampak ada pesawat tempur F-4 Phantom di deknya.
Satu lagi buku penerbangan yang sering saya baca (dan
kemudian dibeli) adalah buku berjudul “Air Disaster" yang berisi kumpulan artikel
investigasi kecelakaan penerbangan, ditulis oleh seorang pakar penerbangan
Australia: MacArthur Job. Isisnya cukup detail dan lengkap, tapi disajikan
dengan cara yang mudah dipahami buat mereka yang pemahaman dunia penerbangannya
tidak mendalam.
Selain buku penerbangan, dan berkat kebebasan di Australia,
saya juga sering baca buku- buku pendidikan sex yang dijual di rak atas. Isinya
eksplisit karena menggunakan foto model asli yang telanjang bulat (beberapa
diantaranya memang asli sexy), bukan gambar ilustrasi, dan memperagakan adegan
sex.
Saya jadi teringat dulu waktu sekolah di Indonesia terkadang beberapa
kawan yang nakal suka membawa buku pendidikan sex yang gambarnya hanya
ilustrasi animasi yang tidak jelas. Kalau di Australia gambarnya asli jelas dan
sejujurnya cukup merangsang. Buku seperti ini nggak akan dijual resmi di
Indonesia. Kalaupun ada, mungkin dijual dengan dibungkus rapat, dan pembeli
tidak akan tahu isinya sampai membeli mereka! Sayangnya saya tidak pernah
membeli buku jenis ini.
Selain mampir ke toko buku, saya juga suka mampir ke toko
hobby. Bisa dibilang Australia adalah negara yang ramah penggemar hobby. Apapun
hobbymu, pasti ada tokonya. Mau hobby pesawat, kereta api, kuliner, berkebun, dan bahkan sex ada tokonya semua!
Dan toko hobby mainan menjual barang apapun yang buat mereka yang di Surabaya cuma bisa diimpikan, seperti berbagai jenis miniature kereta api, mainan rakitan pesawat, mainan remote control yang mahal seperti kapal, mobil, pesawat, dan banyak lagi!
Dan toko hobby mainan menjual barang apapun yang buat mereka yang di Surabaya cuma bisa diimpikan, seperti berbagai jenis miniature kereta api, mainan rakitan pesawat, mainan remote control yang mahal seperti kapal, mobil, pesawat, dan banyak lagi!
Interior sebuah toko hobby di Australia.
Ada 4 toko hobby yang biasanya saya sambangi: Perth Hobby
Centre di Murray Street, Valhalla Hobby Shop di Wellington Street (persis di
seberang jalan dari stasiun Perth), satu toko hobby yang saya lupa namanya di
Piccadilly Arcade, dan Stanbridge Hobby Shop di dekat stasiun Mount Lawley.
Belakangan semua toko itu entah sudah pindah atau tutup sama sekali. Sebagai
gantinya sekarang lebih banyak lagi toko hobby baru di Perth.
Dulu sebelum berangkat ke Australia, saya sering melihat di
internet mainan kit pesawat Avro Vulcan dan XB-70 Valkyrie skala 1:72 yang
ukurannya besar sekali. Yang Vulcan dibuat oleh Airfix, sementara XB-70 oleh
AMT Model.
Saya akhirnya menemui kedua model ini sewaktu saya mampir ke
toko hobby Stanbridge di Mount Lawley. Karena dekat kampus, suatu hari setelah
selesai pelajaran saya jalan ke toko ini. Sewaktu masuk, saya disambut oleh
pemandangan koleksi yang banyak sekali. Dan di bagian kit pesawat, saya
akhirnya menemui kedua model ini.
Kit rakitan pesawat model Avro Vulcan skala 1:72 buatan Airfix. Di tahun 1990an, box nya didominasi warna putih.
Saya sangat terpukau dengan ukuran mereka. Ukurannya besar
banget. Bahkan kotaknya XB-70 Valkyrie ukurannya ada sekitaran 1 meter,
sementara yang Vulcan juga hampir mirip.
Kit rakitan pesawat XB-70 Valkyrie skala 1:72 buatan AMT Models.
Walaupun saya senang sekali bisa ketemu mereka, saya
akhirnya memilih untuk tidak membeli mereka. Waktu itu minat saya di hobby
merakit pesawat sudah menurun drastis, apalagi karena pengalaman saya
sebelumnya yang kelabakan merakit pesawat yang lebih kecil. Merakit model
sebesar itu pasti bakal repot sekali. Selain itu ukuran box mereka yang besar
sekali bakal jadi masalah kalau dibawa ke Indonesia. Saya tidak pernah
menyesali keputusan saya untuk tidak membeli mereka.
Sebagi gantinya saya membeli buku tentang pesawat pembom XB-70.
Barang lain yang membuat saya tertarik adalah miniatur kereta
api. Model miniatur ini dibuat dengan detail dan presisi yang tinggi. Dulu
waktu saya masih balita, saya kira mereka adalah mainan. Saya pernah memainkan satu hingga membuatnya rusak. Sewaktu saya menemui kereta model lagi
setelah besar, saya terkejut dengan harganya yang selangit. Semuanya dihargai
diatas 100 dollar! Dan itu Cuma buat satu lokomotif, belum termasuk gerbong-gerbongnya,
rel, pengontrol, dan aksesori pendukung lainnya!
Rak kaca yang berisi koleksi kereta api model yang dijual di sebuah toko hobby di Australia.
Yang buatan Eropa lebih mahal lagi! Ternyata model kereta
api bukanlah mainan, walaupun penampilan mereka imut dan menggemaskan. Biarpun
sempat takut melihat harganya, pemandangan model kereta api di rak toko hobby
bagaikan surga buat saya.
Bagi penggemar kereta api model Indonesia, rak penuh kereta ini tidak ubahnya seperti pemandangan surgawi.
Walaupun saya sempat takut lihat harganya, beberapa tahun
kemudian saya akhirnya membeli satu set kereta api model saya yang pertama yang
kemudian mendorong saya untuk mendalami hobby unik ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar