Banyak kawan-kawan yang pakar perekereta apian mengatakan bahwa perkereta apian di Malaysia lebih baik dari Indonesia. Benarkah itu?
Jawaban saya ya dan tidak.
Lho kok begitu?
Kawan-kawan saya yang pakar perekereta apian hanya tinggal sebentar saja, dan disuguhi yang bagus-bagus saja selama di Malaysia sehingga mereka dengan mentah-mentah menjawab “lebih bagus”.
Saya yang pernah tinggal lama di Malaysia tentu saja akan langsung menyanggah pendapat mereka karena mereka tidak mempelajari lebih dalam.
Terus seperti apa kereta api di Malaysia?
Pengalaman di Tahun 2004.
Saya tinggal lama di tahun 2004 karena waktu itu saya bekerja di sana. Walaupun dari rumah ke tempat kerja saya tidak pernah menggunakan kereta api (karena tidak dilayani jalur KA jenis apapun), tapi saya tetap mencoba segala jenis kereta api yang ada di Kuala Lumpur.
Seperti monorail.
STAR LRT.
PUTRA LRT.
KTM Kommuter.
Bahkan Monorail di sebuah pusat perbelanjaan di Subang Jaya juga sempat saya icipi.
Walaupun sayangnya, saat itu saya tidak sempat merasakan naik KA antar kotanya karena tidak ada kawannya.
Tapi apa dengan moda transportasi rel itu terus membuat kereta api di Malaysia lebih baik daripada Indonesia?
Begini, dibandingkan dengan Indonesia, Malaysia adalah negara yang cukup sepi. Penduduknya tidak sampai seperempatnya jumlah penduduk Indonesia. Jadi otomatis cukup mudah untuk mengatur masyarakatnya.
Saya melihat bahwa orang Malaysia juga punya kecenderungan untuk berbuat melanggar ketertiban, seperti halnya orang-orang negara lain (termasuk Indonesia).
Tingkat disiplin orang-orang di Kuala Lumpur mengingatkan saya dengan tingkat disiplin orang Indonesia di tahun 1980an awal dimana pada saat itu tingkat disiplin lebih baik dari sekarang, walaupun ada juga pengacau yang suka berbuat tidak tertib.
Pengalaman Tahun 2011.
Di bulan November 2011 saya kembali lagi ke Malaysia, kali ini untuk kunjungan sebentar saja. Walaupun sebentar, tetapi kali ini saya bisa menaiki beberapa KA yang tidak sempat saya naiki di tahun 2004 silam.
Seperti ERL
Yang menghubungkan bandara KLIA Sepang dengan kota Kuala Lumpur.
Dan KA Antar kota.
Naik KA ERL itu bagi saya cukup unik karena pertama kali itu naik KA yang berjalan dengan kecepatan diatas 120 km/jam. ERL berjalan dengan kecepatan 160 km/jam, sehingga perjalanan dari bandara KLIA ke kota Kuala Lumpur yang menghabiskan waktu hampir 2 jam dengan mobil, bisa ditempuh dengan ERL dalam waktu kurang dari setengah jam!
Sementara naik kereta antar kota (waktu itu naik Sinaran Selatan dari Kuala Lumpur menuju Johor Bahru).
Perjalanan naik KA antar kota di Malaysia tidak terasa berbeda dengan naik KA antar kota di Indonesia.
Malah pemandangannya boleh dibilang kalah dengan di Indonesia, khususnya pulau Jawa.
Tapi ada satu plus point yang membuat KA di Malaysia terasa lebih baik dari KA di Indonesia, yaitu keberadaan KA tidur.
Walaupun perjalanannya di siang hari (idealnya malam hari) tapi saya tetap merasa sangat nyaman karena bisa tidur siang.
Lokomotif.
Sebenarnya ada banyak type lokomotif di Malaysia. Ada lebih dari 20 jenis lokomotif di Malaysia saat ini.
Tapi ada beberapa yang menarik perhatian saya. Yaitu:
Class 23.
Lokomotif buatan Hitachi ini menurut saya cukup unik karena bentuknya yang benar-benar kotak malah memberikan kesan seperti gubuk yang berjalan diatas rel!
Class 24.
Lokomotif ini menurut saya bentuknya cukup mengingatkan saya dengan lokomotif BB301 dan BB304 di Indonesia. Walaupun jangan dibandingkan dengan loko Jerman itu, karena ada beberapa perbedaan yang lumayan signifikan.
Pertama, lokomotif ini dibuat di Jepang oleh Toshiba-Kawasaki. Kedua lokomotif ini punya enam gandar penggerak. Ukurannya juga cukup besar, bahkan melebihi lokomotif terbesar di Indonesia: CC202.
Class 26.
Kalau yang ini adalah lokomotif favorit saya di Malaysia. Lokomotif ini merupakan anggota keluarga lokomotif “Blue Tiger” buatan Bombardier di Jerman. Walaupun buatan Jerman, tapi pada dasarnya lokomotif ini mempunyai komponen-komponen utama (seperti mesin, komputer, alat-alat kelistrikan, dll) buatan General Electric di Amerika Serikat.
Sebagai fans GE, saya cukup senang bisa menemui loko GE di negeri seberang yang katanya “satu rumpun” dengan negara saya.
Gerbong dan EMU.
Ada beberapa variasi gerbong di Malaysia yang rata-rata sama saja dengan yang ada di Indonesia.
Yang sempat saya lihat adalah:
AFC
Alias gerbong duduk EXA.
ADNS
Atau gerbong tidur kelas 2. Gerbong seperti inilah yang saya naiki di KA Sinaran Selatan.
EMU atau KRL yang sempat saya lihat ada 2 jenis. Maaf saya tidak tahu kodenya.
Yang ini kalau tidak salah Class 81.
Walaupun penampilannya “buruk rupa” karena mukanya datar, tetapi KRL ini dulu merupakan favorit saya karena interiornya menyerupai interior KA antar kota, sehingga cukup nyaman dipakai berjalan-jalan.
KRL cepat Rawang-Ipoh.
Sayangnya saya hanya naik sekejap dari stasiun Putra ke KL Sentral sewaktu mau berangkat naik KA Sinaran Selatan menuju Johor.
Padahal sewaktu diluncurkan, KA ini berhasil mematahkan rekor kecepatan yang dibuat oleh ERL KLIA Express, biarpun KRL ini beroperasi di rel 1 meter!
Saya juga turut memperhatikan beberapa rolling stock Rapid KL. Perusahaan ini waktu saya tinggal di KL tahun 2004 silam terdiri dari beberapa perusahaan terpisah, yaitu Star LRT, Putra LRT, KL Monorail, dan juga menggabungkan beberapa perusahaan otobus.
Saya tidak tahu kapan mereka diamalgamasikan, tetapi di tahun 2011 saya cukup terkejut melihat perusahaan ini sudah menjadi satu perusahaan, walaupun pada saat itu sistem tiketnya masih terpisah, dan masih dalam tahap integrasi sistem ticketing.
Eks Putra LRT.
Saya cukup suka dengan LRT ini karena tidak ada masinisnya.
Jadi kita bisa melihat segala sesuatu di depan.
Eks Star LRT.
Kalau yang ini konsepnya biasa saja, karena ada masinis di depannya. Tetapi yang unik adalah radius beloknya yang kecil, sehingga memungkinkan untuk “meliuk-liuk” diantara celah-celah sempit diantara gedung-gedung tinggi.
ERL.
Ini adalah jenis kereta api listrik yang menghubungkan kota Kuala Lumpur dengan bandara KLIA Sepang.
Kereta buatan Jerman ini sanggup menempuh kecepatan 160 km/jam. Dia berjalan di rel 1,435mm atau ukuran lebar standard internasional.
Sewaktu baru, dia adalah KA tercepat di Asia tenggara, rekor itu bertahan sekitar sepuluh tahun sebelum digusur oleh ETS KL-Ipoh.
Secara konsep dia tidak ubahnya seperti KA peluru mini, dimana dia bisa berjalana cepat, namun karena jaraknya yang pendek (serta pemberhentiannya yang agak banyak) membuat dia memiliki kecepatan maksimal dibawah 200 km/jam.
Indonesia seharusnya memiliki KA serupa untuk menghubungkan kota dengan bandara, seperti di bandara Cengkareng Jakarta dan Juanda Surabaya. Di Malaysia, dengan KA ini, jarak antara Kuala Lumpur menuju Sepang yang aslinya 40 kilometer lebih, dan bisa memakan waktu lebih dari satu jam dengan kendaraan jalan raya, bisa ditempuh kurang dari 30 menit dengan KA ini, walaupun dia berhenti-berhenti di tengah jalan!
Jika jaringan seperti ini ada di Jakarta (contohnya) anda tidak usah pusing memikirkan kemacetan yang biasanya ada di tol Cengkareng, karena anda langsung melesat dengan KA menuju ke bandara.
Juga saya tertarik untuk mengomentari KA rapid KL (yang merupakan hasil merger semua perusahaan KA di Kuala Lumpur, yaitu Star, Putra, dan KL Monorail). Tidak bisa dipungkiri KA ini mempunyai peran yang penting untuk penglaju/komuter di kota Kuala Lumpur.
Saya perhatikan, kota Kuala Lumpur (walaupun lebih sepi dari Jakarta) tetapi di jam-jam sibuk bisa macet parah seperti Jakarta. Tapi keberadaan jaringan KA Rapid KL inilah yang membuat Kuala Lumpur terlihat lebih baik dari Jakarta.
Dengan jaringan KA komuter ini, kemacetan parah di jalanan Kuala Lumpur itu tidak menjadi halangan untuk anda beraktivitas, karena dengan jaringan KA itu anda bisa menghindari kemacetan parah.
Urusan kebersihan dan ketertiban antara Kuala Lumpur dan kota besar di Indonesia memang bisa dibanding-bandingkan, tetapi maaf urusan transportasi massal KL menang telak.
Ada beberapa kawan saya yang mengatakan bahwa kondisi jalanan di Malaysia “teruk” (parah), dan mengatakan bahwa Indonesia lebih baik. Tapi begitu melihat Jakarta, mereka menarik pernyataan mereka tadi dan menganggap KL atau Malaysia lebih baik.....
Stasiun Kereta Api.
Jangan tertipu dengan kemegahan beberapa stasiun baru di kota-kota besar di Malaysia.
Semenjak tahun 2000, mereka mulai membuat bangunan stasiun KA yang megah dan besar, seperti stasiun KL Sentral yang kalau dilihat sekilas menyerupai Shopping Center atau Plaza. Tapi kalau dilihat lebih teliti, sebenarnya adalah sebuah stasiun terintegrasi yang mengakomodasi empat jenis layanan kereta api (bahkan stasiun ini adalah titik akhir perjalanan ERL dari bandara Sepang).
Tidak banyak yang tahu bahwa sebelumnya, tempat itu adalah sebuah pelataran langsiran yang cukup besar bernama Brickfield, dimana KA-KA barang dari luar kota membongkar barang disitu. Tempat itu dulunya juga merupakan depo tempat parkir KA penumpang di KL, sebelum mereka ditarik ke stasiun Kuala Lumpur (yang kini menjadi bangunan heritage).
Kalau itu kurang, belakangan beberapa stasiun utama di beberapa kota besar di Malaysia juga mulai diupgrade agar tampak lebih megah dan modern, atau malah dibongkar total dan diganti dengan bangunan baru.
Yang pertama adalah stasiun Ipoh yang direnovasi besar-besaran, untuk mengakomodasi layanan KRL cepat KL-Ipoh.
Tidak seperti stasiun KL Sentral yang merupakan bangunan baru, stasiun Ipoh memanfaatkan bangunan era kolonial Inggris yang dimodernisasi tanpa harus merobohkan bangunan utamanya yang bersejarah.
Yang berikutnya adalah stasiun JB Sentral di kota Johor Bahru. Seperti halnya stasiun KL Sentral, stasiun Johor Bahru dibangun di lahan kosong yang terletak di utara stasiun Johor yang lama (kini sedang diredevelop menjadi museum).
Sewaktu saya melihat stasiun JB Sentral, saya cukup terkagum-kagum dengan kemegahan interiornya yang menyerupai sebuah bandar udara. Sangat modern dan futuristik.
Saat saya kesana, ada satu lagi stasiun besar yang sedang dibangun di Butterworth, menggantikan stasiun yang lama.
Sementara stasiun Tanjong Pagar yang notabene stasiun KTM paling selatan tidak pernah di redevelop karena polemik diplomatik, yang tragisnya diselesaikan dengan penutupan jalur KA antara Woodlands-Tanjong Pagar tahun 2011 silam.
Seandainya tidak ada masalah diplomatik antara Malaysia-Singapore, mungkin stasiun inilah yang diredevelop menjadi modern, bukannya Johor Bahru.
Stasiun-stasiun besar itu tidak ubahnya seperti sebuah shopping center, lengkap dengan toko-toko barang branded serta outlet makanan waralaba internasional.
Lha terus bagaimana dengan stasiun-stasiun kecilnya?
Maaf, kalau menurut saya perbedaannya dengan stasiun-stasiun besar yang tadi saya jelaskan bagaikan bumi dan langit!
Saking terbelakangnya sampai-sampai kelihatan kalah maju daripada stasiun kecil di Indonesia.
Kenapa begitu? Karena rata-rata stasiun kecil di Malaysia terletak di desa kecil yang perputaran ekonominya terkesan agak lambat, sehingga terkesan seperti berada di tempat yang terisolit. Jadi jangan harap anda akan menemui toko-toko disana.
Bangunannya rata-rata terbuat dari kayu atau semen saja, dengan bentuk yang “utilitarian” tanpa nuansa artistik.
Kontras dengan bangunan stasiun KA kecil di pedesaan di Indonesia yang rata-rata terbuat dari beton dan berdesain art-deco.
Saya juga agak terkejut melihat stasiun Gemas yang notabene merupakan stasiun utama tempat percabangan jalur KA dari Singapore. Walaupun stasiun penting, tetapi kelihatan lebih kecil dan kalah megah daripada stasiun Cirebon.
Saya jadi teringat oleh nasihat kawan saya, alm mas Pekik, yang pernah berpergian menggunakan KA antar kota KTM dari Singapore menuju KL. Beliau menasehati saya agar membawa bekal (nasehat yang ironisnya saya langgar saat kunjungan di tahun 2011). Hal itu dikarenakan ketiadaan kios-kios makanan di stasiun-stasiun kecil disana.
Dan kalaupun ada letaknya diluar peron, yang jelas cukup merepotkan (ini saya temui di Seremban). Jadi kalau bisa selalu bawa bekal yang mencukupi.
Ini sebenarnya ironis, karena setiap naik KA jarak jauh di Indonesia saya selalu siap perbekalan, tapi sewaktu naik KA Sinaran Selatan, saya hampir tidak bawa perbekalan! Paling hanya membawa sebotol kecil minuman dan beberapa snack. Kontras dengan sewaktu saya naik KA jarak jauh di Indonesia yang selalu siap sedia satu botol air mineral 1,5 liter plus beberapa botol kecil minuman soft drink atau susu. Belum termasuk cemilan-cemilan, atau malah terkadang makanan besar!
Saya terkadang tidak habis pikir, kenapa saat itu saya tidak membawa bekal memadai? Padahal harga makanan di Malaysia itu tergolong murah dibanding Indonesia (contohnya harga paket Big Mac di MacDonald Malaysia sekitar 90-95% harga di Indonesia).
Bagusan mana?
Setelah anda membaca artikel singkat saya, menurut anda lebih bagus perkereta apian dimana? Indonesia atau Malaysia?
Kalau pendapat saya cenderung berimbang. Jadi menurut saya masing-masing negara memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tergantung bagaimana anda menyikapinya.
nice (: boleh di copas nggak? gambar dan informasinya saja, untuk kata-kata nanti saya buat sendiri..
BalasHapuswww.adjiebrotot.com
Jangan dulu deh. Kalau sekedar download untuk konsumsi pribadi saya mengijinkan. Tetapi kalau re-publishing anda harus bayar biaya hak cipta.
Hapusbiasalah kalau stesen Kereta api di luar KL. kecil. contoh tempat saudara saya di Padang Rengas, walaupun kawasan itu mempunyi lebih dari 40 ribu orang penduduk namun stesen KA nya terlalu serdahana kerana tidak ramai menggunakannya kerana angkutan jalan raya yg lebih mulus, cepat dan selesa lebih diguna pakai. Malah kalau Mas pergi ke pantai timur, kereta apinya bisa di tahan-tahan seperti menaiki bis. malahan langsung tiada stesen. Di sini KTM langsung tidak mendapat untung tetapi memikirkan ramainya yang menggunakan perkhimatan itu adalah terdiri dari guru-guru dan murid-murid sekolah, lalu perkhidmatan tetap diteruskan walaupun kerajaan menanggung kerugian.
BalasHapusTernyata masih mendingan disini daripada di Malaysia (maaf kalo bawa2 negara)
BalasHapusPost yang sangat informatif mas..jempol!:)
BalasHapusbagus ya, jelek juga ya..cuma keretanya itu lho lebih modern daripada di sini :D
BalasHapuskalau menurut saya bagus indonesia, karena belum pernah ke malaysia,..lagian menurut ane kereta api dengan lokomotif lebih cocok di sebut kereta api karna bisa bawa barang dan orang, alhamdulilah indonesia banyak kereta barangnya kaya babaranjang, countener , semen dll.. secanggih dan secepat apapum kereta modern kaya shinkanzen, ice, belum pernah ada yang ngangkut batu bara , semen dll kereta cepat hanya buat penumpang aja, toh tetep aja negera maju juga buat bawa barang tetep menggunakan kereta api dengan lokomotif.. karena dari sejarahnya juga kereta api di buat untuk bawa batu bara dari pertambangan sebagai pengganti kuda. maka saya sebagai pecinta kereta hanya seneng dengan yang di sebut kereta api itu ada lok dan ada gerbong.. kalau kereta jenis KRL atau monorel kurang seneng, tapi ya kita dukung aja program pemerintah, karena angkutan publik mesti dikedepankan..
BalasHapuskalau menurut saya bagus indonesia, karena belum pernah ke malaysia,..lagian menurut ane kereta api dengan lokomotif lebih cocok di sebut kereta api karna bisa bawa barang dan orang, alhamdulilah indonesia banyak kereta barangnya kaya babaranjang, countener , semen dll.. secanggih dan secepat apapum kereta modern kaya shinkanzen, ice, belum pernah ada yang ngangkut batu bara , semen dll kereta cepat hanya buat penumpang aja, toh tetep aja negera maju juga buat bawa barang tetep menggunakan kereta api dengan lokomotif.. karena dari sejarahnya juga kereta api di buat untuk bawa batu bara dari pertambangan sebagai pengganti kuda. maka saya sebagai pecinta kereta hanya seneng dengan yang di sebut kereta api itu ada lok dan ada gerbong.. kalau kereta jenis KRL atau monorel kurang seneng, tapi ya kita dukung aja program pemerintah, karena angkutan publik mesti dikedepankan..
BalasHapusKerajaan Malaysia banyak menumpukan pembangunan di Lembah Klang sahaja..
BalasHapusSaya sudah puluhan kali ke Indonesia, sudah biasa naik kereta api dari Jkt ke Bandung. Dari Jkt ke Bogor,Medan ke Asahan. Maaf, saya masih merasa Malaysia jauh lebih baik. Indonesia hanya ada Kereta api biasa dan Komuter. Tapi Malaysia selain yg dua itu, ada tambahan monorel dan LRT. Dari segi kebersihan, KA Malaysia jauh lebih baik dan terawat dari punya Indonesia. Maaf.
BalasHapusmalaysia cuma bagus di lrt dan komuter....di medan komuter juga ada malah bagus dari bandara ke jantung kota medan .....lrt seperti krl jabodetabek tp masih enak krl rakainya lebih panjang kalo stasiun kl sentral.johorbaru doang yg bagus jalur kereta di malaysia cuma single track....kalo mau lihat perkertapian indonesia lihat sekarang...perkembaganya
BalasHapusmas skrng udah 2016... malaysia udah ada souble track dr KL ke perbatasan thailand.. ETS train.. coba di cek d internet... klu di selatan mahu ke johor ngak bikin double track kerna mahu bikin kereta cepat KL-singapura..
Hapusmas coba ke malaysia pada tahun ini.. stasiun nya udah kayak apa.. hahaha
BalasHapusKalo menurut ane sih g jauh beda y cuma Jenis LRT /Commuter di Sana memang lebih Bagus dr pada di indonesia
BalasHapusTentunya loko dari indonesia terbaik,kerana mereka menproduks sendiri,beda ama malaysia yg impor
BalasHapusbagus artikelnya min
BalasHapusjozz